Friday, 15 May 2015

CONTOH LANDASAN TEORI ASESMEM MEMBACA TEKNIS

BAB II
ASESMEN MEMBACA TEKNIS

2.1. Ruang Lingkup Asesmen
                Ruang lingkup asesmen terdiri dari asesmen perkembangan dan asesmen akademik. Aspek perkembangan terdiri dari komponen kognitif dasar (persepsi, bahasa & komuniaksi), motorik, dan adaptive behavior. Sedangkan aspek akademik terdiri dari komponen membaca, menulis, dan berhitung/matematika.
                Asesmen yang akan kami lakukan merupakan asesmen aspek akademik, yaitu komponen membaca, dan subkomponen membaca teknis. Membaca teknis terdiri atas indikator mengenal huruf, mengenal bunyi huruf, menggabungkan bunyi membentuk kata, variasi bunyi, mengguankan analisis konteks, dan mengguanakan analisis struktural.

2.2. Subjek dan Tujuan Asesmen Membaca Teknis
                Membaca termasuk komponen dalam aspek asesmen akademik. Maka dari itu, subjek yang akan diases merupakan siswa usia akademik yaitu usia sekolah kelas rendah (kelas 2 dan  3).
         Sedangkan tujuan asesmen membaca teknis adalah untuk menggali informasi mengenai kemampuan dan ketidakmampuan siswa dalam aspek membaca teknis yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran akademik yang fungsional.

2.3. Landasan Teori Membaca Teknis
a.     Pengertian Membaca Teknis/Permulaan
                Dalam bukunya Reading in the Elementary School, Spache (1967:4-26) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang beraneka segi. Itulah sebabnya, dia mendefinisikan membaca beraneka cara yaitu sebagai berikut.
         1. Reading as skill development. Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula dari pengenalan kata dan berlanjut kepada membaca evaluating atau membaca kritis.
         2. Reading as a visual act. Membaca adalah tindak visual, suatu pergerakan mata.
         3. Reading as a perceptual act. Membaca adalah tindak perseptual, pengenalan kata dan penentuan maknanya
         4. Reading as a reflection of cultural background. Membaca merupakan refleksi latar belakang budaya.
         5. Reading as a thinking process. Membaca adalah proses berpikir atau proses kognitif.
                Pendeknya, membaca merupakan aktivitas visual dan auditif untuk memperoleh makna dan symbol berupa huruf atau kata. Aktivitas membaca terdiri dari membaca permulaan atau membaca teknis dan membaca lanjutan atau membaca pemahaman.
                Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan (Sunardi, 1997:3). Secara operasional, proses membaca teknis atau pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5): a) mengenal huruf kecil dan capital pada alphabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, c) menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi, e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f) menggunakan analisis structural untuk identifikasi kata.
                       Selengkapnya adalah sebagai berikut:
a.)    Mengenal huruf (symbol huruf)
Keterampilan mengenal huruf merupakan kemampuan untuk mengenali symbol/bentuk huruf (grafim) dari ke-26 alfabet, baik huruf cetak kecil maupun capital. Keterampilan mengenal huruf juga meliputi kemampuan mengenali kelompok huruf vocal dan kelompok huruf konsonan, juga mampu membedakan huruf cetak kecil dan capital.
b.)  Mengenal bunyi huruf/mengucapkan bunyi huruf
Keterampilan mengenal bunyi huruf meliputi kemampuan melafalkan atau mengucapkan bunyi masing-masing huruf, melafalkan bunyi huruf vocal, konsonan, diftong, dan konsonan ganda.
c.)   Menggabungkan bunyi membentuk kata
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bunyi huruf (fonem) menjadi bentuk kata (morfem). Kemmapuan ini meliputi membaca suku kata berpola yang terdiri dari vocal-konsonan, konsonan-vokal, konsonan-vokal-konsonan, dan konsonan-konsonan-vokal. Kemudian membaca dan melafalkan kata yang terdiri dari beberapa suku kata.
d.) Variasi bunyi
      Variasi bunyi merupakan ragam bunyi huruf (fonem) yang memiliki bunyi khusus, misalnya pada /ng/ dan /ny/. Variasi bunyi juga merupakan ragam bunyi dari satu simbol huruf yang sama, misalnya /e/ pada sendok dan /e/ pada senam.
e.) Menggunakan analisis konteks/menerka kata dalam menggunakan konteks
      Menggunakan analisis konteks merupakan kemampuan untuk dapat menerka kata dalam menggunakan konteks. Dalam hal ini, membaca yang dilakukan individu sudah bukan lagi mengeja, melainkan menerka kata yang dibacanya dari keseluruhan huruf yang terkandung di dalamnya.
f.)   Menggunakan analisis struktural
Kemampuan analisis structural atau SAS (Struktural Analitik Sintetik) dimulai dari pengenalan struktur kalimat kemudian mengenal konsep kata. Proses analisis atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tak bisa diuraikan lagi yaitu huruf-huruf. Analisis structural meliputi pemenggalan kalimat menjadi kata-kata, kata menjadi suku-suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf.
b.      Tujuan Pelajaran Membaca Teknis/Permulaan
                Tujuan pelajaran membaca permulaan adalah mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Lebih lengkapnya Soejono (1983:19) memaparkan tentang tujuan pelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.
a.) Mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
b.) Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara.

c.) Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk menyuarakannya dan dalam waktu singkat dapat mempraktikkannya dalam membaca lanjut. 

No comments:

Post a Comment