BAB II
ASESMEN MEMBACA TEKNIS
2.1.
Ruang Lingkup Asesmen
Ruang lingkup asesmen
terdiri dari asesmen perkembangan dan asesmen akademik. Aspek perkembangan
terdiri dari komponen kognitif dasar (persepsi, bahasa & komuniaksi),
motorik, dan adaptive behavior. Sedangkan aspek akademik terdiri dari komponen
membaca, menulis, dan berhitung/matematika.
Asesmen
yang akan kami lakukan merupakan asesmen aspek akademik, yaitu komponen membaca,
dan subkomponen membaca teknis. Membaca teknis terdiri atas indikator mengenal
huruf, mengenal bunyi huruf, menggabungkan bunyi membentuk kata, variasi bunyi,
mengguankan analisis konteks, dan mengguanakan analisis struktural.
2.2.
Subjek dan Tujuan Asesmen Membaca Teknis
Membaca termasuk komponen
dalam aspek asesmen akademik. Maka dari itu, subjek yang akan diases merupakan
siswa usia akademik yaitu usia sekolah kelas rendah (kelas 2 dan
3).
Sedangkan
tujuan asesmen membaca teknis adalah untuk menggali informasi mengenai
kemampuan dan ketidakmampuan siswa dalam aspek membaca teknis yang diperlukan
sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran akademik
yang fungsional.
2.3.
Landasan Teori Membaca Teknis
a.
Pengertian
Membaca Teknis/Permulaan
Dalam
bukunya Reading in the Elementary School, Spache (1967:4-26)
mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang beraneka segi. Itulah
sebabnya, dia mendefinisikan membaca beraneka cara yaitu sebagai berikut.
1. Reading
as skill development. Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula
dari pengenalan kata dan berlanjut kepada membaca evaluating atau membaca
kritis.
2. Reading as a visual act. Membaca adalah tindak
visual, suatu pergerakan mata.
3. Reading
as a perceptual act. Membaca adalah tindak perseptual, pengenalan kata dan
penentuan maknanya
4. Reading
as a reflection of cultural background. Membaca merupakan refleksi latar
belakang budaya.
5. Reading as a thinking process. Membaca adalah
proses berpikir atau proses kognitif.
Pendeknya,
membaca merupakan aktivitas visual dan auditif untuk memperoleh makna dan
symbol berupa huruf atau kata. Aktivitas membaca terdiri dari membaca permulaan
atau membaca teknis dan membaca lanjutan atau membaca pemahaman.
Membaca
teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis berupa huruf
atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata.
Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan
(Sunardi, 1997:3). Secara operasional, proses membaca teknis atau pengenalan
kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5): a) mengenal huruf
kecil dan capital pada alphabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, c)
menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi, e) menerka kata dalam
menggunakan konteks, f) menggunakan analisis structural untuk identifikasi
kata.
Selengkapnya
adalah sebagai berikut:
a.) Mengenal huruf
(symbol huruf)
Keterampilan mengenal huruf merupakan kemampuan untuk
mengenali symbol/bentuk huruf (grafim) dari ke-26 alfabet, baik huruf cetak
kecil maupun capital. Keterampilan mengenal huruf juga meliputi kemampuan
mengenali kelompok huruf vocal dan kelompok huruf konsonan, juga mampu
membedakan huruf cetak kecil dan capital.
b.) Mengenal bunyi huruf/mengucapkan bunyi huruf
Keterampilan mengenal bunyi huruf meliputi kemampuan
melafalkan atau mengucapkan bunyi masing-masing huruf, melafalkan bunyi huruf
vocal, konsonan, diftong, dan konsonan ganda.
c.)
Menggabungkan bunyi
membentuk kata
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan
bunyi huruf (fonem) menjadi bentuk kata (morfem). Kemmapuan ini meliputi
membaca suku kata berpola yang terdiri dari vocal-konsonan, konsonan-vokal,
konsonan-vokal-konsonan, dan konsonan-konsonan-vokal. Kemudian membaca dan melafalkan
kata yang terdiri dari beberapa suku kata.
d.) Variasi bunyi
Variasi bunyi
merupakan ragam bunyi huruf (fonem) yang memiliki bunyi khusus, misalnya pada
/ng/ dan /ny/. Variasi bunyi juga merupakan ragam bunyi dari satu simbol huruf
yang sama, misalnya /e/ pada sendok dan /e/ pada senam.
e.) Menggunakan analisis konteks/menerka kata dalam menggunakan
konteks
Menggunakan
analisis konteks merupakan kemampuan untuk dapat menerka kata dalam menggunakan
konteks. Dalam hal ini, membaca yang dilakukan individu sudah bukan lagi
mengeja, melainkan menerka kata yang dibacanya dari keseluruhan huruf yang
terkandung di dalamnya.
f.)
Menggunakan analisis
struktural
Kemampuan
analisis structural atau SAS (Struktural Analitik Sintetik) dimulai dari
pengenalan struktur kalimat kemudian mengenal konsep kata. Proses analisis atau
penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang
tak bisa diuraikan lagi yaitu huruf-huruf. Analisis structural meliputi
pemenggalan kalimat menjadi kata-kata, kata menjadi suku-suku kata, dan suku
kata menjadi huruf-huruf.
b.
Tujuan Pelajaran Membaca Teknis/Permulaan
Tujuan pelajaran membaca
permulaan adalah mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara.
Lebih lengkapnya Soejono (1983:19) memaparkan tentang tujuan pelajaran membaca
permulaan adalah sebagai berikut.
a.)
Mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau
tanda bunyi.
b.) Melatih keterampilan
siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara.
c.) Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih
keterampilan siswa untuk menyuarakannya dan dalam waktu singkat dapat mempraktikkannya
dalam membaca lanjut.
No comments:
Post a Comment