Friday, 5 June 2015

PRINSIP PENGAJARAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA

  
Untuk mencapai tujuan pendidikan bagi anak tunanetra dibutuhkan prinsip-prinsip pengajaran bagi anak tuananetra. Prinsip mengajar bagi anak tunanetra akan sangat berbeda dengan anak low vision. Tunanetra mempunyai kebiasaan, bila mengamati suatu benda pasti akan diraba, dicium, dan masuk ke dalam mulut. Diraba untuk mengetahui pa yang sedang dipegang. Dicium untuk mengetahui bagaimanakah bau dari benda yang dipegang. Masuk ke dalam mulut untuk diketahui bagaimanakah rasa dari benda tersebut. Cara itulah yang di pergunakan tunanetra untuk mengetahui secara tepat benda yang sedang berada ditangannya. Cara itulah tunanetra menanamkan suatu konsep. Maka dalam mengajar, seorang guru PENDIDIKAN KHUSUS harus berpegang pada beberapa prinsip pengajaran bagi tunanetra, yaitu diantaranya :

1.  Prinsip Totalitas
Totalitas berarti keseluruhan atau keseutuhan. Guru dalam mengajar suatu konsep haruslah secara keseluruhan atau utuh. Dalam memberikan contoh jangan sepotong-sepotong.

2.  Prinsip Keperagaan
Prinsip peragaan sangat dibutuhkan dalam menjelaskan suatu konsep baru pada siswa. Dengan peraga akan terhindar verbalisme (pengertian yang bersifat kata-kata tanpa dijelaskan artinya). Alasan penggunaan asas ini dalam pengajaran adalah :
1.     Menggunakan indra sebanyak mungkin sehingga siswa mampu mengerti  dan mecerna maksud dari alat peraga.
2.     Pengetahuan akan masuk pada diri melalui proses pengindraan : pengelihatan, pendengaran, perasaan, penciuman,  dan pengecap.
3.     Tingkat pemahaman seseorang akan suatu ilmu ada beberapa tingkatan: tingkat peragaan, tingkat skema dan tingkat abstrak.
Alat peraga sangat dibutuhkan guru yang mengajar anak tunanetra . Alat peraga sangat dibutuhkan dalam kaitannya dengan penanam konsep baru pada anak tunanetra . Tanpa alat peraga anak tunanetra akan sulit menerima suatu konsep.

3.  Prinsip Berkeseimbangan
Prinsip berkeseimbangan atau berkelanjutan sangat dibutuhkan anak tunanetra. Mata pelajaran yang satu harus berkesinambungan dengan pelajaran yang lain. Kesinambungan baik dalam materi maupun istilah yang dipergunakan guru. Jika tidak terjadi kesinambungan maka anak tunanetra akan bingung. Kebingungan ini terjadi karena konsep yang diterima dari guru yang satu dengan yang lain berbeda. Mereka beranggapan guru tempat informasi yang selalu benar. Maka disini guru disarankan agar selalu menghubungkan materi pelajaran yang telah dipelajari dengan yang akan dipelajari. Dan istilah yang dipergunakan hendaknya tidak terlalu bervariasi antara guru yang satu dengan yang lain.

4.   Prinsip Aktivitas
Prinsip aktivitas penting artinya dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dapat memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi ini dilaksanakan dalam bentuk mengamati sendiri dengan bekerja sendiri. Tugas guru PENDIDIKAN KHUSUS membantu anak dalam perkembangannya. Dengan demikian anak dapat membantu dirinya sendiri.
Prinsip aktivitas sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar bagi  anak tunanetra. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar,tunanetra diharapkan ikut aktif, tidak saja sebagai pendengar. Tanpa aktivitas, konsep yang diterima anak akan sedikit. Akibatnya, pengalaman belajar sedikit dan mereka merasa jenuh. Situasi demikian membuat mereka mengantuk. Sebaliknya bila mereka aktif  dalam kegiatan belajar mengajar, maka pengalaman belajar mereka banyak. Akibatnya konsep yang mereka terima akan menerima lebih lama. Situasi demikian membuat mereka mendapat kepuasan dalam belajar, sehingga akan menggali rasa ingin tahu yang tinggi.

5.   Prinsip Individual

Prinsip individual dalam pelajaran berarti suatu pengajaran dengan memperhatikan perbedaan individual anak: keadaan anak, bakat dan kemampuan masing-masing anak. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah: keadaan rumah, lingkungan rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia, keadaan sosial ekonomi orang tua, dll. Dengan adanya perbedaan yang bermacam-macam dapat dipahami bahwa bahan pelajaran yang sama, kecepatan yang sama, cara mengerjakan yang sama, cara penilaian yang sama, tidak akan memberikan hasil yang sama.


ALAT BANTU NON OPTIK UNTUK ANAK LOW VISION DAN CARA PENGGUNAANNYA

Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan kebutuhan pendidikannya.

Sebuah tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang optometris, guru spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu mengadakan pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat bantu low vision yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu. Pentingnya asesmen oleh seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat terlalu ditekankan, karena kaca mata dengan resep yang tepat hanya merupakan langkah awal dari penanganan low vision.

Optometris, yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit tertentu yang mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan refraksi dan melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah low vision yang dihadapi anak. Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda.
Perbedaan dalam proses pembelajaran anak low vision dengan yang awas adalah penggunaan alat bantu penglihatan. Alat bantu penglihatan adalah alat yang membantu penglihatan anak low vision untuk melihat objek lebih jelas, lebih besar, kontras dan sebagainya.

Alat bantu tersebut bisa berupa alat bantu optik dan non optik. Optik banyak berhubungan dengan lensa dan kaca pembesar, sedangkan non optik banyak berhubungan dengan sarana lain diluar optik.
Adapun macam-macam alat bantu non optic untuk penderita low vision, yaitu :
a. Kertas bergaris tebal
Penggunaan kertas bergaris tebal ini adalah untuk menunjukkan baris yang tepat untuk menulis. Agar tulisan berada tepat di dalam baris dan tidak keluar garis.
b. Spidol hitam
Ketika kita menulis menggunakan pulpen biasa, tulisan akan terlihat tipis dan mungkin tidak oleh penderita low vision. Penggunaan spidol hitam bertujuan agar tulisan menjadi lebih tebal dan mudah dilihat kekontrasannya ketika dituliskan di kertas berwarna putih.
c. Pensil hitam tebal / pensil 3b
Meskipun memakai pensil, tulisan akan menjadi tebal karena memakai pensil ini.
d. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar / large print
Huruf dicetak dengan ukuran yang lebih besar, biasanya diatas 14. Ini bertujuan agar tulisan menjadi lebih jelas dan dengan mudah dibaca.
e. Bingkai untuk menulis
Pemakaian bingkai bertujuan agar penulis mengetahui batas kertas ketika mereka menulis.
f. Reading stand / penyangga buku
Pemakaian reading stand bertujuan agar buku berada tetap di tempatnya. Pemakaian alat ini juga bertujuan adar buku tepat berada di depan orang yang ingin membaca buku tersebut.
g. Lampu meja
Penggunaan lampu meja bertujuan agar intensitas cahaya yang kita gunakan ketika membaca dapat diatur.
h. Typoscope reading guide
Dengan menggunakan typoskop kita dapat mengarahkan kepada huruf yang ingin dibaca.
i. Kode warna-warna terang dan kontras
Kode warna digunakan pada tempat-tempat seperti anak tangga untuk memudahkan penderita low vision ketika melangkah, tulisan pada kemasan agar terlihat lebih jelas.
j. Topi
Pemakaian topi ini bertujuan agar cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan dan membuat penderita low vision menjadi silau.

Alat bantu non optik (non optic devices) yang dapat digunakan oleh siswa low vision dalam kegiatan membaca antara lain :
- Typoscop untuk mengarahkan huruf
- Reading stand untuk penyangga buku
- Adjustable reading lamp yaitu lampu belajar yang dapat diatur intensitas cahanya
- Large print berupa buku yang menggunakan tulisan huruf awas besar-besar dengan menggunakan ukuran huruf di atas 14 point.
Berikut ini adalah aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu karena low vision namun akan dibantu oleh alat non optik Aktivitas Alat Bantu Non Optik Berbelanja Cahaya, petunjuk warna Menyusun makanan kecil Petunjuk warna, penyimpanan konstan Makan di luar Senter, lampu meja Membedakan uang Susun dalam kompartemen-kompartemen Membaca Cahaya, tulisan berkontras tinggi, tulisan berukuran besar Menelepon Huruf telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan tangan Menyebrang Tongkat, menanyakan arah Membaca label obat Kode warna, huruf berukuran besar Membaca huruf di kompor Kode warna Menyesuaikan termostat Model dengan huruf berukuran besar Menggunakan komputer Warna kontras, program dengan huruf berukuran besar Membaca tanda Bergerak lebih dekat Menonton pertandingan olahraga Duduk di barisan depan


Kesimpulan


Anak-anak penyandang low vision seyogyanya didorong untuk menggunakannya baik di rumah, di sekolah maupun di tempat bermain. Anak sering menolak alat-alat bantu low vision pada asesmen pertamanya, tetapi tim pembina penglihatan anak seyogyanya tidak menyerah melainkan mendorong anak pada setiap asesmen untuk mau bereksperimen dengan berbagai alat yang tingkat magnifikasinya cocok. Dorongan dan latihan yang tepat dalam penggunaan alat-alat ini dapat membuat anak sedikit demi sedikit mau menerimanya. Latihan dalam penggunaan alat-alat bantu low vision non-optik harus diberikan kepada anak agar mereka mampu menggunakannya semaksimal mungkin. Asesmen yang rutin dan tindak lanjutnya sebaiknya dilakukan setiap enam bulan, atau dapat juga lebih cepat jika anak, guru atau orang tua menghendakinya. 

Friday, 15 May 2015

TEORI APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA)



APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS (ABA)


       Applied Bahavior Analysis atau ABA biasanya diterapkan atau digunakan pada anak dengan prilaku autis. Applied Bahavior Analysis (ABA) ditemukan oleh seorang psikolog Amerika, Universitas California Los Angeles, Amerika Serikat, Ivar O. Lovaas (Handojo, 2003:50), Sekitar tahun 1970. Beliau memulai eksperimen dengan cara mengaplikasikan teori B.F. Skinner, yaitu Operant Conditioning. Di dalam teori ini disebutkan bagaimana stimulus-respons (S-R) yang benar diperkuat dan akhirnya mendominasi hubungan stimulus-respons yang tidak benar. Penguatan tersebut bisa berbentuk positif maupin negatif. Penguatan positif dapat berbentuk pujian, sedangkan penguatan negatif dapat berbentuk hukuman.
Secara prinsip, teori Applied Bahavior Analysis (ABA) memiliki 3 langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1.      Terstruktur, yakni pengajaran menggunakan teknik yang jelas.
2.      Terarah, yakni ada kurikulum jelas untuk membantu mengarahkan pendidik atau terapis.
3.      Terukur, yakni keberhasilan dan kegagalan menghasilkan perilaku yang diharapkan, diukur dengan berbagai cara, tergantung kebutuhan.
Menurut Ing Darta R Wijaya, dalam makalah Kesimpulan Mengenai ABA (2005:57), Applied Behavior Analysis (ABA) menggunakan teknik “discrete trials”, yaitu seluruh tugas (target-target perilaku) dipecah dalam tahap kecil. Belajar “diskret” berarti memerinci keterampilan ke dalam komponen kecil, mengajarnya sampai terkuasai, memberi pengulangan, menyediakan prompt (bantuan), menghilangkan ketergantungan dan pemberian pujian (reinforcerment).
            Pada intinya Applied Behavior Analysis (ABA), memiliki tiga tahapan yaitu stimulus (intruksi), respon individu (perilaku) dan konsekuensi (akibat perilaku). Intruksi yang diberikan haruslah dimulai dari hal yang mudah menuju ke yang lebih sulit. Intruksi itu pun harus terstruktur, terarah dan terukur. Ketika melaksanakan teknik ini, seorang pendidik atau terapis harus konsisten memberikan stimulus, respon dan konsekuensi yang diberikan.


KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN


Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan situasi siap mental dan menimbulkan siswa agar terpusat pada apa yang dipelajari.

Yang dimaksud dengan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa

a.       Komponen membuka
1.                  Menarik perhatian siswa
Disini, guru hendaknya punya kemampuan untuk membuat pembukaan yang berbeda seperti biasanya, untuk menari perhatian siswa. Minimal dengan ada perhatian, mereka akan penasaran dengan materi selanjutnya yang akan diberikan oleh guru.

2.                  Menimbulkan motivasi
Ketika guru berhasil menarik perhatian siswa, itulah kesempatan guru untuk memasukan  sesuatu untuk memotivasi murid. Ide bisa beragam, bergantung kreativitas guru sehingga memotivasi muridnya untuk mengikuti pelajaran dengan antusias
3.                  Memberikan acuan

4.                  Membuat kaitan


b.      Komponen menutup
1.                  Meninjau kembali
2.                  Mengevaluasi


Ketika selesai memberikan pelajaran,  hendaknya guru melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat kefahaman siswa. Agar dapat diketahui kesulitan, keberhasilan dan kebutuhan siswa.


CONTOH LANDASAN TEORI ASESMEM MEMBACA TEKNIS

BAB II
ASESMEN MEMBACA TEKNIS

2.1. Ruang Lingkup Asesmen
                Ruang lingkup asesmen terdiri dari asesmen perkembangan dan asesmen akademik. Aspek perkembangan terdiri dari komponen kognitif dasar (persepsi, bahasa & komuniaksi), motorik, dan adaptive behavior. Sedangkan aspek akademik terdiri dari komponen membaca, menulis, dan berhitung/matematika.
                Asesmen yang akan kami lakukan merupakan asesmen aspek akademik, yaitu komponen membaca, dan subkomponen membaca teknis. Membaca teknis terdiri atas indikator mengenal huruf, mengenal bunyi huruf, menggabungkan bunyi membentuk kata, variasi bunyi, mengguankan analisis konteks, dan mengguanakan analisis struktural.

2.2. Subjek dan Tujuan Asesmen Membaca Teknis
                Membaca termasuk komponen dalam aspek asesmen akademik. Maka dari itu, subjek yang akan diases merupakan siswa usia akademik yaitu usia sekolah kelas rendah (kelas 2 dan  3).
         Sedangkan tujuan asesmen membaca teknis adalah untuk menggali informasi mengenai kemampuan dan ketidakmampuan siswa dalam aspek membaca teknis yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran akademik yang fungsional.

2.3. Landasan Teori Membaca Teknis
a.     Pengertian Membaca Teknis/Permulaan
                Dalam bukunya Reading in the Elementary School, Spache (1967:4-26) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang beraneka segi. Itulah sebabnya, dia mendefinisikan membaca beraneka cara yaitu sebagai berikut.
         1. Reading as skill development. Membaca adalah perkembangan keterampilan yang bermula dari pengenalan kata dan berlanjut kepada membaca evaluating atau membaca kritis.
         2. Reading as a visual act. Membaca adalah tindak visual, suatu pergerakan mata.
         3. Reading as a perceptual act. Membaca adalah tindak perseptual, pengenalan kata dan penentuan maknanya
         4. Reading as a reflection of cultural background. Membaca merupakan refleksi latar belakang budaya.
         5. Reading as a thinking process. Membaca adalah proses berpikir atau proses kognitif.
                Pendeknya, membaca merupakan aktivitas visual dan auditif untuk memperoleh makna dan symbol berupa huruf atau kata. Aktivitas membaca terdiri dari membaca permulaan atau membaca teknis dan membaca lanjutan atau membaca pemahaman.
                Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses membaca teknis ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan (Sunardi, 1997:3). Secara operasional, proses membaca teknis atau pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5): a) mengenal huruf kecil dan capital pada alphabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, c) menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi, e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f) menggunakan analisis structural untuk identifikasi kata.
                       Selengkapnya adalah sebagai berikut:
a.)    Mengenal huruf (symbol huruf)
Keterampilan mengenal huruf merupakan kemampuan untuk mengenali symbol/bentuk huruf (grafim) dari ke-26 alfabet, baik huruf cetak kecil maupun capital. Keterampilan mengenal huruf juga meliputi kemampuan mengenali kelompok huruf vocal dan kelompok huruf konsonan, juga mampu membedakan huruf cetak kecil dan capital.
b.)  Mengenal bunyi huruf/mengucapkan bunyi huruf
Keterampilan mengenal bunyi huruf meliputi kemampuan melafalkan atau mengucapkan bunyi masing-masing huruf, melafalkan bunyi huruf vocal, konsonan, diftong, dan konsonan ganda.
c.)   Menggabungkan bunyi membentuk kata
Keterampilan ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bunyi huruf (fonem) menjadi bentuk kata (morfem). Kemmapuan ini meliputi membaca suku kata berpola yang terdiri dari vocal-konsonan, konsonan-vokal, konsonan-vokal-konsonan, dan konsonan-konsonan-vokal. Kemudian membaca dan melafalkan kata yang terdiri dari beberapa suku kata.
d.) Variasi bunyi
      Variasi bunyi merupakan ragam bunyi huruf (fonem) yang memiliki bunyi khusus, misalnya pada /ng/ dan /ny/. Variasi bunyi juga merupakan ragam bunyi dari satu simbol huruf yang sama, misalnya /e/ pada sendok dan /e/ pada senam.
e.) Menggunakan analisis konteks/menerka kata dalam menggunakan konteks
      Menggunakan analisis konteks merupakan kemampuan untuk dapat menerka kata dalam menggunakan konteks. Dalam hal ini, membaca yang dilakukan individu sudah bukan lagi mengeja, melainkan menerka kata yang dibacanya dari keseluruhan huruf yang terkandung di dalamnya.
f.)   Menggunakan analisis struktural
Kemampuan analisis structural atau SAS (Struktural Analitik Sintetik) dimulai dari pengenalan struktur kalimat kemudian mengenal konsep kata. Proses analisis atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tak bisa diuraikan lagi yaitu huruf-huruf. Analisis structural meliputi pemenggalan kalimat menjadi kata-kata, kata menjadi suku-suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf.
b.      Tujuan Pelajaran Membaca Teknis/Permulaan
                Tujuan pelajaran membaca permulaan adalah mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Lebih lengkapnya Soejono (1983:19) memaparkan tentang tujuan pelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.
a.) Mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
b.) Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara.

c.) Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk menyuarakannya dan dalam waktu singkat dapat mempraktikkannya dalam membaca lanjut. 

CONTOH KISI KISI INSTRUMEN ASESMEN MEMBACA TEKNIS

2.4. Kisi-kisi Instrumen Asesmen Membaca Teknis


ASPEK
KOMPONEN
INDIKATOR
1.    Membaca Teknis
a.    Mengenal huruf






b.    Mengenal bunyi huruf



c.    Menggabungkan bunyi membentuk kata



d.   Variasi bunyi




e.    Menggunakan analisa konteks



f.     Menggunakan analisa struktural
(1.a.1) Mengenal alphabet
(1.a.2) Mengenal huruf cetak kapital
(1.a.3) Mengenal huruf cetak kecil
(1.a.4) Mengenal huruf vocal
(1.a.5) Mengenal huruf konsonan
(1.a.6) Membedakan bentuk huruf

(1.b.1) Mengenal bunyi huruf vokal
(1.b.2) Mengenal bunyi huruf konsonan
(1.b.3) Mengenal bunyi diftong
(1.b.4) Mengenal bunyi konsonan ganda

(1.c.1) Membaca suku kata berpola (VK, KV, KVK, KKV)
(1.c.2) Membaca kata (1 sampai 5 suku kata)
(1.c.3) Membaca kata yang mengandung diftong
                          
(1.d.1) Mengenal bunyi vocal khusus (/e/ pada ‘sendok’ dan /e/ pada ‘senam’)
(1.d.2) Mengenal bunyi konsonan khusus (/ng/ dan /ny/)

(1.e.1) Menerka kata dalam menggunakan konteks
(1.e.2) Menyusun kata menjadi kalimat
(1.e.3) Membaca kalimat tanpa mengeja

(1.f.1) Pemenggalan kalimat menjadi kata
(1.f.2) Pemenggalan kata menjadi suku kata (termasuk kata ulang, majemuk, imbuhan)
  (1.f.3) Pemenggalan suku kata menjadi huruf-huruf









CONTOH BUTIR INSTRUMEN MEMBACA TEKNIS

2.5. Butir-butir Instrumen Membaca Teknis


Komponen/ Subkomponen
Butir Instrumen
Teknik
Kriteria Penilaian
 A.  Mengenal huruf
(a.1) Mengenal alphabet









 

(a.2) Mengenal huruf cetak capital







(a.3) Mengenal huruf cetak kecil







(a.4) Mengenal huruf vocal




(a.5) Mengenal huruf konsonan











(a.6) Membeda-
kan bentuk huruf








B.  Mengenal bunyi huruf
(b.1) Mengenal bunyi huruf vocal




(b.2) Mengenal bunyi huruf konsonan











(b.3) Mengenal bunyi diftong



(b.4) Mengenal bunyi konsonan ganda


C.  Menggabungkan bunyi membentuk kata
(c.1) Membaca suku kata berpola








(c.2) Membaca kata










(c.3) Membaca kata mengandung diftong






D.  Variasi bunyi
(d.1) Mengenal bunyi vocal khusus









(d.2) Mengenal bunyi konsonan khusus





E.  Menggunakan analisis konteks
(e.1)  Menerka kata dalam menggunakan konteks










(e.2) Menyusun kata menjadi kalimat




(e.3)  Membaca kalimat tanpa mengeja



F.  Menggunakan analisa struktural
(f.1)  Pemenggalan kalimat menjadi kata



(f.2) Pemenggalan kata menjadi suku kata (termasuk kata ulang, majemuk, imbuhan)

  (f.3) Pemenggalan suku kata menjadi huruf-huruf

(a.1.a) sebutkan huruf-huruf dibawah ini : terdapat alphabet cetak capital (A-Z).
(a.1.b)  sebutkan huruf-huruf dibawah ini : terdapat alphabet cetak capital (Z-A).
(a.1.c) sebutkan huruf-huruf dibawah ini : terdapat alphabet cetak kecil (A-Z). 
(a.1.d) sebutkan huruf-huruf dibawah ini : terdapat alphabet cetak kecil (Z-A).

(a.2.a) lingkari/coret huruf cetak capital dibawah ini : terdapat 26 huruf cetak kapital di antara huruf cetak kecil. 





(a.3.a) lingkari/coret huruf cetak kecil dibawah ini : terdapat 26 huruf cetak kecil di antara huruf cetak kapital. 





(a.4.a)  Cocokkan vokal cetak kecil dan vokal cetak capital.
(a.4.b) lingkari huruf vocal dari kata Air , Emosi, Merdeka, Harimau, Indonesia.

(a.5.a)  Cocokkan konsonan cetak kecil dan konsonan cetak capital (10 pasang).




(a.5.b) lingkari huruf konsonan dari kata Mobil, Jum’at, Astronot, Sulawesi, Pancasila.



(a.6.a) lingkari/coret huruf yang disebutkan dari :
b d p ; l j i t I ; O D Q P B;
c e u o a n; U M Z N W S
asesor menyebutkan huruf-huruf yang tertera, acak maupun berurutan.





(b.1.a) Lafalkanlah huruf vokal  di bawah ini:
vokal belakang (u, o, i, dan a)
vokal pusat di bawah ini (e)!


(b.2.a) Lafalkanlah  huruf yang termasuk konsonan berikut:
bi-labial (b, p, m, w)
labio-dental (f, v)
apiko-interdental (t, n)
apiko-alveolar (d)
palatal (c, j)
velar (k, g)
laringal (h)
spiran (s, z)
lateral (l)
getar apikal (r)
q, x, y.

(b.3.a) Lafalkanlah bunyi diftong berikut!



(b.4.a) Lafalkanlah bunyi huruf konsonan ganda berikut!







(c.1.a)Bacalah suku kata berpola VK berikut ini!
(c.1.b)Bacalah suku kata berpola KV berikut ini!
(c.1.c)Bacalah suku kata berpola KVK berikut ini!
(c.1.d)Bacalah suku kata berpola KKV berikut ini!


(c.2.a) Bacalah kata yang terdiri dari 1 suku kata berikut!
(c.2.b)  Bacalah kata yang terdiri dari 2 suku kata berikut!
(c.2.c) Bacalah kata yang terdiri dari 3 suku kata berikut!
(c.2.d) Bacalah kata yang terdiri dari 4 suku kata berikut!
(c.2.e) Bacalah kata yang terdiri dari 5 suku kata berikut!

(c.3.a) Bacalah kata berikut (diftong ai)!
(c.3.b) Bacalah kata berikut (diftong au)!
(c.3.c) Bacalah kata berikut (diftong oi)!



(d.1.a) Baca dan warnai/coretlah kata yang memiliki bunyi /e/ yang sama dengan bunyi huruf /e/ pada kata “sendok”!
(d.1.b) Baca dan warnai/coretlah kata yang memiliki bunyi /e/ yang sama dengan bunyi huruf /e/ pada kata “senam”!

(d.2.a) Bacalah kata-kata berikut (5 kata mengandung bunyi /ng/)!
(d.2.b) Bacalah kata-kata berikut (5 kata mengandung bunyi /ny/)!




(e.1.a) Susunlah huruf-huruf acak berikut menjadi kata sesuai gambar (olab, iroda,  ltower, waspaet, eotrkmup)!
(e.1.b)  Jodohkanlah kata-kata dalam kotak di sebelah kiri dengan kata-kata di kotak sebelah kanan!
(e.1.c) Temukanlah 5 nama buah-buahan dalam puzzle berikut ini! (pisang, melon, apel, jeruk, nanas)

(e.2.a) Susunlah kata-kata acak berikut menjadi kalimat yang benar!
  


(e.3.a) Bacalah kalimat  berikut tanpa dieja!







(f.1.a) Penggallah kalimat berikut menjadi kata dengan menggunakan garis miring!


(f.2.a) Penggallah kata-kata berikut menjadi suku kata dengan menggunakan garis miring!
  
  
(f.3.a) Penggallah  suku kata dibawah ini menjadi huruf dengan menggunakan garis miring!
 Tes lisan












Tes perbuatan







Tes perbuatan







Tes perbuatan




Tes perbuatan





Tes perbuatan




Tes lisan











Tes lisan





Tes lisan













Tes lisan


  

Tes lisan








Tes lisan








  
Tes lisan










Tes lisan & perbuatan






Tes perbuatan









Tes perbuatan






  

Tes perbuatan











Tes lisan





Tes perbuatan







Tes perbuatan



Tes perbuatan




Tes perbuatan
Nilai 1 jika  sama sekali tidak dapat menyebutkan huruf, nilai 2 jika banyak huruf yang tertukar, nilai 3 jika dapat menyebutkan huruf tapi memerlukan waktu lama untuk mengingatnya, nilai 4 jika sudah hafal huruf namun masih ada yang keliru dan dikoreksi sendiri, nilai 5 jika sudah menghapal huruf dengan lancar


Nilai 1 jika benar 1-5 huruf, nilai 2 jika benar 6-10 huruf, nilai 3 jika benar 11-15 huruf, nilai 4 jika benar 16-20 huruf, nilai 5 jika benar 21-26 huruf.
Cat : jika salah melingkari huruf, maka huruf jumlah benar dikurangi jumlah salah.

Nilai 1 jika benar 1-5 huruf, nilai 2 jika benar 6-10 huruf, nilai 3 jika benar 11-15 huruf, nilai 4 jika benar 16-20 huruf, nilai 5 jika benar 21-26 huruf.
Cat : jika salah melingkari huruf, maka huruf jumlah benar dikurangi jumlah salah.

Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal


Nilai 1 jika benar 2 soal, nilai 2 jika benar 4 soal, nilai 3 jika benar 6 soal, nilai 4 jika benar 8 soal, nilai 5 jika benar 10 soal



Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal


Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal








Nilai 1 jika benar 1 huruf, nilai 2 jika benar 2 huruf, nilai 3 jika benar 3 huruf, nilai 4 jika benar 4 huruf, nilai 5 jika benar 5 huruf.


Nilai 1 jika benar 1-4 huruf, nilai 2 jika benar 5- 8 huruf, nilai 3 jika benar 9-12 huruf, nilai 4 jika benar 13-16 huruf, nilai 5 jika benar 17-21 huruf.









Nilai 1 jika benar 2 soal, nilai 2 jika benar 4 soal, nilai 3 jika benar 6 soal, nilai 4 jika benar 8 soal, nilai 5 jika benar 10 soal

Nilai 1 jika benar 2 soal, nilai 2 jika benar 4 soal, nilai 3 jika benar 6 soal, nilai 4 jika benar 8 soal, nilai 5 jika benar 10 soal





Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal






Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal







Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal





Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal







Nilai 1 jika benar 2 soal, nilai 2 jika benar 4 soal, nilai 3 jika benar 6 soal, nilai 4 jika benar 8 soal, nilai 5 jika benar 10 soal






Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal









Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal


Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal





Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal

Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal
  

Nilai 1 jika benar 1 soal, nilai 2 jika benar 2 soal, nilai 3 jika benar 3 soal, nilai 4 jika benar 4 soal, nilai 5 jika benar 5 soal