Untuk mencapai tujuan pendidikan bagi anak tunanetra dibutuhkan prinsip-prinsip pengajaran bagi anak
tuananetra. Prinsip mengajar bagi anak tunanetra akan sangat berbeda dengan anak low vision. Tunanetra mempunyai kebiasaan, bila mengamati suatu benda pasti
akan diraba, dicium, dan masuk ke dalam mulut. Diraba untuk mengetahui pa yang sedang
dipegang. Dicium untuk mengetahui bagaimanakah bau dari benda yang dipegang.
Masuk ke dalam mulut untuk diketahui bagaimanakah rasa dari benda tersebut. Cara itulah
yang di pergunakan tunanetra untuk mengetahui secara tepat benda yang sedang
berada ditangannya. Cara itulah tunanetra menanamkan suatu konsep. Maka dalam
mengajar, seorang guru PENDIDIKAN KHUSUS harus berpegang pada beberapa prinsip pengajaran bagi
tunanetra, yaitu diantaranya :
1. Prinsip Totalitas
Totalitas berarti keseluruhan atau keseutuhan. Guru dalam
mengajar suatu konsep haruslah secara keseluruhan atau utuh. Dalam memberikan
contoh jangan sepotong-sepotong.
2. Prinsip
Keperagaan
Prinsip peragaan sangat dibutuhkan dalam menjelaskan suatu
konsep baru pada siswa. Dengan peraga akan terhindar verbalisme (pengertian
yang bersifat kata-kata tanpa dijelaskan artinya). Alasan penggunaan asas ini
dalam pengajaran adalah :
1. Menggunakan indra
sebanyak mungkin sehingga siswa mampu mengerti
dan mecerna maksud dari alat peraga.
2. Pengetahuan akan
masuk pada diri melalui proses pengindraan : pengelihatan, pendengaran, perasaan,
penciuman, dan pengecap.
3. Tingkat pemahaman
seseorang akan suatu ilmu ada beberapa tingkatan: tingkat peragaan, tingkat
skema dan tingkat abstrak.
Alat peraga sangat dibutuhkan guru yang mengajar anak tunanetra . Alat
peraga sangat dibutuhkan dalam kaitannya dengan penanam konsep baru pada anak tunanetra . Tanpa alat peraga anak tunanetra akan sulit menerima suatu konsep.
3. Prinsip
Berkeseimbangan
Prinsip berkeseimbangan atau
berkelanjutan sangat dibutuhkan anak tunanetra. Mata pelajaran yang satu
harus berkesinambungan dengan pelajaran yang lain. Kesinambungan baik dalam materi
maupun istilah yang dipergunakan guru. Jika tidak terjadi kesinambungan maka anak tunanetra akan bingung. Kebingungan ini terjadi karena konsep yang
diterima dari guru yang satu dengan yang lain berbeda. Mereka beranggapan guru
tempat informasi yang selalu benar. Maka disini guru disarankan agar selalu
menghubungkan materi pelajaran yang telah dipelajari dengan yang akan
dipelajari. Dan istilah yang dipergunakan hendaknya tidak terlalu bervariasi
antara guru yang satu dengan yang lain.
4. Prinsip Aktivitas
Prinsip aktivitas penting artinya dalam kegiatan belajar
mengajar. Peserta didik dapat memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan.
Reaksi ini dilaksanakan dalam bentuk mengamati sendiri dengan bekerja sendiri.
Tugas guru PENDIDIKAN KHUSUS membantu anak dalam perkembangannya. Dengan demikian anak dapat
membantu dirinya sendiri.
Prinsip aktivitas sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar bagi anak tunanetra. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar,tunanetra diharapkan ikut aktif, tidak saja sebagai pendengar. Tanpa aktivitas,
konsep yang diterima anak akan sedikit. Akibatnya, pengalaman belajar sedikit
dan mereka merasa jenuh. Situasi demikian membuat mereka mengantuk. Sebaliknya
bila mereka aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, maka pengalaman belajar mereka banyak. Akibatnya konsep yang mereka
terima akan menerima lebih lama. Situasi demikian membuat mereka mendapat
kepuasan dalam belajar, sehingga akan menggali rasa ingin tahu yang tinggi.
5. Prinsip Individual
Prinsip individual dalam pelajaran berarti suatu pengajaran
dengan memperhatikan perbedaan individual anak: keadaan anak, bakat dan
kemampuan masing-masing anak. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah:
keadaan rumah, lingkungan rumah, pendidikan, kesehatan anak, makanan, usia,
keadaan sosial ekonomi orang tua, dll. Dengan adanya perbedaan yang
bermacam-macam dapat dipahami bahwa bahan pelajaran yang sama, kecepatan yang
sama, cara mengerjakan yang sama, cara penilaian yang sama, tidak akan
memberikan hasil yang sama.