Tersedianya
banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision
berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan.
Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak
dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan
kebutuhan pendidikannya.
Sebuah
tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang optometris, guru
spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu mengadakan
pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat bantu low vision
yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu. Pentingnya asesmen oleh
seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat terlalu ditekankan, karena kaca
mata dengan resep yang tepat hanya merupakan langkah awal dari penanganan low
vision.
Optometris,
yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit tertentu yang
mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan refraksi dan
melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah low vision yang
dihadapi anak. Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan
alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini
mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang
standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki
kebutuhan visual yang berbeda.
Perbedaan
dalam proses pembelajaran anak low vision dengan yang awas adalah penggunaan
alat bantu penglihatan. Alat bantu penglihatan adalah alat yang membantu
penglihatan anak low vision untuk melihat objek lebih jelas, lebih besar,
kontras dan sebagainya.
Alat
bantu tersebut bisa berupa alat bantu optik dan non optik. Optik banyak
berhubungan dengan lensa dan kaca pembesar, sedangkan non optik banyak
berhubungan dengan sarana lain diluar optik.
Adapun
macam-macam alat bantu non optic untuk penderita low vision, yaitu :
a.
Kertas bergaris tebal
Penggunaan
kertas bergaris tebal ini adalah untuk menunjukkan baris yang tepat untuk
menulis. Agar tulisan berada tepat di dalam baris dan tidak keluar garis.
b.
Spidol hitam
Ketika
kita menulis menggunakan pulpen biasa, tulisan akan terlihat tipis dan mungkin
tidak oleh penderita low vision. Penggunaan spidol hitam bertujuan agar tulisan
menjadi lebih tebal dan mudah dilihat kekontrasannya ketika dituliskan di
kertas berwarna putih.
c.
Pensil hitam tebal / pensil 3b
Meskipun
memakai pensil, tulisan akan menjadi tebal karena memakai pensil ini.
d.
Buku-buku dengan huruf yang diperbesar / large print
Huruf
dicetak dengan ukuran yang lebih besar, biasanya diatas 14. Ini bertujuan agar
tulisan menjadi lebih jelas dan dengan mudah dibaca.
e.
Bingkai untuk menulis
Pemakaian
bingkai bertujuan agar penulis mengetahui batas kertas ketika mereka menulis.
f.
Reading stand / penyangga buku
Pemakaian
reading stand bertujuan agar buku berada tetap di tempatnya. Pemakaian alat ini
juga bertujuan adar buku tepat berada di depan orang yang ingin membaca buku
tersebut.
g.
Lampu meja
Penggunaan
lampu meja bertujuan agar intensitas cahaya yang kita gunakan ketika membaca
dapat diatur.
h.
Typoscope reading guide
Dengan
menggunakan typoskop kita dapat mengarahkan kepada huruf yang ingin dibaca.
i.
Kode warna-warna terang dan kontras
Kode
warna digunakan pada tempat-tempat seperti anak tangga untuk memudahkan
penderita low vision ketika melangkah, tulisan pada kemasan agar terlihat lebih
jelas.
j.
Topi
Pemakaian
topi ini bertujuan agar cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan dan membuat
penderita low vision menjadi silau.
Alat
bantu non optik (non optic devices) yang dapat digunakan oleh siswa low vision
dalam kegiatan membaca antara lain :
-
Typoscop untuk mengarahkan huruf
-
Reading stand untuk penyangga buku
-
Adjustable reading lamp yaitu lampu belajar yang dapat diatur intensitas
cahanya
-
Large print berupa buku yang menggunakan tulisan huruf awas besar-besar dengan
menggunakan ukuran huruf di atas 14 point.
Berikut
ini adalah aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu karena low vision namun
akan dibantu oleh alat non optik Aktivitas Alat Bantu Non Optik Berbelanja
Cahaya, petunjuk warna Menyusun makanan kecil Petunjuk warna, penyimpanan
konstan Makan di luar Senter, lampu meja Membedakan uang Susun dalam
kompartemen-kompartemen Membaca Cahaya, tulisan berkontras tinggi, tulisan
berukuran besar Menelepon Huruf telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan
tangan Menyebrang Tongkat, menanyakan arah Membaca label obat Kode warna, huruf
berukuran besar Membaca huruf di kompor Kode warna Menyesuaikan termostat Model
dengan huruf berukuran besar Menggunakan komputer Warna kontras, program dengan
huruf berukuran besar Membaca tanda Bergerak lebih dekat Menonton pertandingan
olahraga Duduk di barisan depan
Kesimpulan
Anak-anak
penyandang low vision seyogyanya didorong untuk menggunakannya baik di rumah,
di sekolah maupun di tempat bermain. Anak sering menolak alat-alat bantu low
vision pada asesmen pertamanya, tetapi tim pembina penglihatan anak seyogyanya
tidak menyerah melainkan mendorong anak pada setiap asesmen untuk mau
bereksperimen dengan berbagai alat yang tingkat magnifikasinya cocok. Dorongan
dan latihan yang tepat dalam penggunaan alat-alat ini dapat membuat anak
sedikit demi sedikit mau menerimanya. Latihan dalam penggunaan alat-alat bantu
low vision non-optik harus diberikan kepada anak agar mereka mampu
menggunakannya semaksimal mungkin. Asesmen yang rutin dan tindak lanjutnya
sebaiknya dilakukan setiap enam bulan, atau dapat juga lebih cepat jika anak,
guru atau orang tua menghendakinya.
No comments:
Post a Comment