Thursday, 16 June 2016

Pengertian Tunadaksa

Apakah peristilahan lain dari Tunadaksa ? Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh .Istilah lain dari tunadaksa sebagai berikut:

* Cacat Fisik
* Cacat Orthopedi
* Crippled
* Phocially Handicapped
* Physically Disabled.

lalu apakah Tunadaksa itu? mari kita sama-sama menggali informasi lebih dalam lagi ....  Anak tunadaksa sering disebut juga anak cacat tubuh, cacat fisik, dan cacat ortopedi. Istilah tuna daksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang dan “daksa” yang berarti tubuh menurut situs resmi dari  Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh yang tidak sempurna. Sedangkan istilah cacat tubuh dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota tubuh, bukan cacat inderanya. Selanjutnya cacat ortopedi terjemahan dari orthopedically handicapped. Ortopedic mempunyai arti yang berhubungan dengan otot, tulang, dan persendian. Dengan demikian cacat ortopedi kelainannya terletak akibat adanya kelainan pada pusat pengatur sistem otot, tulang, dan persendian. Anak Tuna Daksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangna keutuhan pribadi. Salah satu definisi mengenai anak tuna daksa menyebutkan bahwa anak tuna daksa adalah anak penyandang cacat jasmani yang terlihat pada kelainan bentuk tulang, otot, sendi, maupun sarafnya.

Istilah tuna daksa maksudnya sama dengan istilah yang berkembang seperti cacat tubuh, tuna tubuh, cacat anggota badan, dll. Selanjutnya menurut Samuel A. Kirk (1986) yang dialihbahasakan oleh Moh. Amin dan Ina Yusuf Kusumah (1991) mengemukakan bahwa seorang dikatakan anak tuna daksa jika kondisi fisik atau kesehatan mengganggu kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari, sekolah atau rumah.

Dengan kata lain, tuna daksa adalah suatu kegiatan yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang, otot, atau sendi sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. Kondisi ini dapat disebabkan karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan. Bisa juga diartikan sebagai anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan suatu pelayanan khusus. Jika mereka mengalami gangguan karena kelayuhan pada fungsi otak maka mereka disebut Celebral Palsy (CP). Pengertian anak Tunadaksa bisa juga dilihat dari segi fungsinya dan segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tuna daksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan didalam interaksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan khusus. Pengertian yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan pada kedokteran.


Klasifikasi Anak Tunadaksa

* Kelainan pada sistem serebral (Cerebral System Disorders). Penggolongan anak tunadaksa ini kedalam sistem serebral yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat. Cerebral Palsy digolongkan menjadi :
·           Derajat kecacatan.
·           Topografi.
·           Sosiologi kelainan gerak,
*  Penggolongan Cerebral Palsy menurut derajat kecacatan meliputi:
·         Golongan ringan adalah mereka yang   dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri.
·         Golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri.
·     Golongan berat, golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.
*  Penggolongan Cerebral Palsy menurut Topografi :
·         Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan.
·         Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas dan bawah, AI Tangan kanan dan kaki kanan.
·         Paraplegi, adalah lumpuh pada kedua tungkai kakinya. Diplegia. adalah lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.
·         Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruh anggota geraknya.

* Penggolongan menurut Fisiologi (motorik), meliputi :
·         Spastik
·         Atetoid
·         Ataxia
·         Tremor – Rigid
·         Tipe Campuran


Apakah Penyebab Tunadaksa?
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada :
·         Sebab-sebab sebelum lahir antara lain : terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (kecelakaan).
·         Sebab-sebab pada saat kelahiran, antara lain : proses kelahiran terlalu lama, proses kelahiran yang mengalami kesulitan, pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan.
·         Sebab-sebab setelah proses kelahiran, antara lain : kecelakaan, infeksi penyakit, dan ataxia.

Karakteristik Anak Tunadaksa

Anak tunadaksa akan mengalami gangguan Psikologis yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya. Disamping karakteristik tersebut terdapat problema anak tunadaksa antara lain, gangguan taktil dan kinestatik dan gangguan emosi. Bagaimana Implementasi Pendidikan Anak Tunadaksa ?
Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa, guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain: latihan bicara, fisioterapi, Occupational Therapy dan Hydro Therapy.
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
Model Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa

 Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khususdan atau sekolah terpadu atau inklusi :
·         Sekolah Khusus adalah diperuntukkan bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya.
·         Sekolah terpadulinklusi, sekolah ini diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.

Alat-Alat Penyandang Tunadaksa

1. Alat Asesmen

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan perkembangan motorik dan mobilitas, intelegensi, baik secara sebagian maupun secara keseluruhan. Bervariasinya kondisi anak tunadaksa, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk asesmen anak tunadaksa seperti berikut ini:

1. Finger Goniometer
2. Flexometer
3. Plastic Goniometer
4. Reflex Hammer
5. Posture Evaluation Set
6. TPD Arsthesiometer
7. Gound Rhytem Tibre Instrumen
8. Cabinet Geometric Insert
9. Color Sorting Box
10. Tactile Board Set


2. Alat Latihan Fisik

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mobil perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:

1. Pulley Weight
2. Kanavel Table
3. Squeez Ball
4. Restorator Hand
5. Restorator Leg
6. Treadmill Jogger
7. Safety Walking Strap
8. Straight (tangga)
9. Sand-Bag
10. Exercise Mat
11. Incline Mat
12. Neuro Development Rolls
13. Height Adjustable Crowler
14. Floor Sitter
15. Kursi CP
16. Individual Stand-in Table
17. Walking Paralel
18. Walker Khusus CP
19. Vestibular Board
20. Balance Beam Set
21. Dynamic Body and Balance
22. Kolam Bola-bola
23. Vibrator
24. Infra-Red Lamp (Infra Fill)
25. Dual Speed Massager
26. Speed Training Devices
27. Bola karet
28. Balok berganda
29. Balok titian

3. Alat Bina Diri

Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau hambatan tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:

1. Swivel Utensil
2. Dressing Frame Set
3. Lacing Shoes
4. Deluxe Mobile Commade


4. Alat Orthotic dan Prosthetic

Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh mengalami kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka perlu alat bantu (orthotic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:

1. Cock-Up Resting Splint
2. Rigid Immobilitation Elbow Brace
3. Flexion Extention
4. Back Splint
5. Night Splint
6. Denish Browans Splint
7. X Splint
8. O Splint
9.Long Leg Brace Set
10. Ankle or Short Leg Brace
11. Original Thomas Collar
12. Simple Cervical Brace
13. Corsett
14. Crutch (kruk)
15. Clubfoot Walker Shoes
16. Thomas Heel Shoes
17. Wheel Chair (Kursi Roda)
18. Kaki Palsu Sebatas Lutut
19. Kaki Palsu Sampai Paha


5. Alat Bantu Belajar/Akademik

Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca, menulis, berhitung, pengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas. Akibat mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca, menulis, berhitung. Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik pada anak tunadaksa dapat berupa:

1. Kartu Abjad
2. Kartu Kata
3. Kartu Kalimat
4. Torso Seluruh Badan
5. Geometri Sharpe
6. Menara Gelang
7. Menara Segitiga
8. Menara Segiempat
9. Gelas Rasa
10. Botol Aroma
11. Abacus dan Washer
12. Papan Pasak
13. Kotak Bilangan

Thanks before, semoga bermanfaat salam dunia anak berkebutuhan khusus.

Tuesday, 14 June 2016

Pengertian Tunagrahita

Hello guys, semoga bermanfaat ya ..
pengertian tunagrahitamenurut para ahli :

Munzayanah (2000: 14), yaitu: Anak cacat mental atau anak tunagrahita anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadiannya sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara hidup yang sederhana.


Menurut A. Salim Choiri dan Ravik Karsidi (1999: 47), ”Anak tunagrahita adalah anak dimana perkembangan mental tidak berlangsung secara normal, sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidak mampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, penyesuaian sosial dan sebagainya”. Menurut Tjutju Sutjiati Somantri (1995: 159) menyatakan bahwa ”Anak tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal”.

Sedangkan menurut Mohammad Amin (1995: 116) adalah sebagai berikut: ”Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada dibawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit dan berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, hal-hal yang menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya”.

Tunagrahita sebagai kelainan (1) yang meliputi fungsi intelektual umum dibawah rata-rata yaitu IQ 84 kebawah yang berdasar tes individual (2) muncul sebelum 16 tahun dan (3) menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Tahun1961 American Association On Mental Deficiency (ADMD). Tuna grahita yaitu (1) anak yang fungsi intelektualnya lamban yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes intelegensi buku (2) kekurangan dalam perilaku adaptif dan (3) terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun (Japan League for The Mentally Retarded, 1992: 22). Pendidikan Luar Biasa Umum menurut Mulyono Abdurrachman (1994: 76), tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah kondisi anak dimana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga mempunyai ketidakmampuan dalam bidang intelektual, kemauan, rasa, penyesuaian diri dengan lingkungan, kurang cakap dalam berpikir dalam hal-hal yang abstrak sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri didalam masyarakat meskipun dengan cara yang sederhana.




Klasifikasi Tunagrahita

Anak Tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi anak tuna grahita menurut Mulyono Abdurrahman (1994: 24) sebagai berikut:

1) Klasifikasi Medis-Biologis

Menurut pandangan medis tunagrahita dipandang suatu akibat dari beberapa penyakit atau kondisi yang tidak sempurna. Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1994: 24) mempunyai daftar Etiologis penyakit sebagai berikut :

a. Akibat infeksi/intixikasi
b. Akibat ruda paksa/sebab fisik lain
c. Akibat gangguan metabolisme
d. Akibat penyakit otak yang nyata
e. Akibat penyakit prenatal yang tidak diketahui
f. Akibat kelainan kromosom
g. Gangguan waktu kehamilan
h. Pengaruh lingkungan
i. Akibat kondisi lain yang tidak tergolongkan.

2) Klasifikasi Sosial-Psikologis

Klasifikasi Sosial-Psikologis menggunakan kriteria psikomotorik dan perilaku adaptif. Menurut Grossman Ettel dikutip oleh Kirk dan Galagher (dalam Mulyono Abdurahman, 1994: 25) ada empat retardasi mental menurut skala intelegensi Wechsler yaitu:

a. Retardasi mental ringan IQ 55-69
b. Retardasi mental sedang IQ 40-54
c. Retardasi mental berat IQ 25-39
d. Retardasi mental sangat berat IQ 24 kebawah

Taraf retardasi mental berdasarkan perilaku juga terdiri dari empat macam diantaranya :

a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
d. Sangat Berat

2) Klasifikasi untuk keperluan pembelajaran

Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1994: 24), ada empat kelompok perbedaan untuk keperluan pembelajaran yaitu:

a. Taraf pembatasan atau lamban belajar (The borderline or they slow learner)
b. Tunagrahita mampu didik (Educable mentally retarded)
c. Tuna grahita mampu latih (Trainable mentally retarded) IQ 30-50
d. Tunagrahita mampu rawat (idependent or profoundly mental retarded) IQ 30 ke bawah.




Penyebab Tunagrahita

Penyebab tunagrahita menurut Mulyono Abdurrahman (1994: 30). Ada beberapa faktor penyebab antara lain:

1) Genetik
2) Sebab-sebab pada masa prenatal
3) Sebab-sebab pada natal
4) Sebab-sebab pada masa posnatal
5) Sosiokultural

Faktor-faktor tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Genetik
Penentuan dibidang biokimia dan genetik telah memberikan penjelasan tentang tunagrahita. Penyebab tunagrahita karena biokimia atau biochemical disoders dan abnormalitas kromosom atau chromosomal abnormal malities .
a. Kerusakan Biokimia
Menurut Waiman dan Gerritsen yang dikutip oleh Krik dan Galagher (dalam Mulyono Abdurahman (1994: 31) pada saat ini ada lebih 90 penyakit yang dapat menyebabkan kelainan metabolisme sejak kelahiran, hal tersebut dapat diturunkan secara genetika dalam arti penurunan sifat.
b. Abnormalitas Kromosomal (Chromosomal Abnormalities)
Paling umum diketemukan sindroma down atau sindroma mongol lejeune. Geuter dan Turpin 1959 menemukan pada anak sindroma down memiliki 47 kromosom karena pasangan kromosom ke 21 terdiri dari tiga kromosom. Kelainan tersebut terletak pada kromosom nomer 3 pada pasangan ke 21.

2. Penyebab Tunagrahita pada masa prenatal
a. Infeksi Rubella (Cacar)
Misalnya retardasi mental, gangguan penglihatan, tuli, penyakit hati dan mikrosefalli.
b. Faktor Rhisus (Rh)
Rh positif bersatu dalam satu aliran darah, maka akan terbentuk aglutinin yang menyebabkan sel darah menggumpal dan menghabiskan sel-sel yang tidak dewasa.

3. Penyebab pada masa natal
Yaitu pada saat kelahiran sesak nafas, luka pada saat kelahiran prematuritas. Kerusakan otak sesak nafas karena kekurangan oksigen.

4. Penyebab pada masa postnatal
Penyakit akibat infeksi dan problem nutrisi. Penyakit enchephalitis dan meningitis. Enchephalitis suatu pandangan sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus tertentu.
Menginitis suatu kondisi yang berasal dari infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada selaput otak dan dapat menimbulkan pada sitem saraf pusat.

5. Penyebab tunagrahita sosiokultural
Manusia bisa mengaktualisasikan sifat-sifat kemanusiaannya hanya jika ia berada dalam lingkungan manusia. Lingkungan sosial, budaya mempengaruhi perkembangan intelektual.



Karakteristik tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan pelayanan pendidikan yang bervariasi disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki siswa.Karakteristik anak tunagrahita menurut Mohammad Amin (1995: 37), adalah sebagai berikut :

1)       Karakteristik tunagrahita ringan
Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun.
2)       Karakteristik anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaranpelajaran akademik, mereka umumnya dilatih untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa baru mencapai tingkat kecerdasan yang sam dengan anak umur 7 tahun. ]

3)       Karakteristik anak tunagrahita berat dan sangat berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan bahaya, kurang dapat bercakap-cakap, kecerdasannya hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berusia 3-4 tahun. Karakteristik anak tuna grahita menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek pusat pengembangan guru tertulis tahun 1995- 1996, ada 7 karakteristik, yaitu :

1.       Penampilan fisik yang tidak seimbang (kepala terlalu kecil atau besar, tipe mongoloid)
2        Selalu mengeluarkan air liur dan tampak bengong
3.       Tidak dapat mengurus diri sesuai dengan usia
4.       Perkembangan bicara atau bahasa terlambat
5.       Tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap lingkungan
6.       Koordinasi gerakan kurang, gerakan tidak terkendali
7.       Perkembangan fungsi penglihatan, kemampuan berfikir lambat





Permasalahan Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki bebarapa masalah. Masalah yang ada pada anak tunagrahita meliputi masalah pendidikan dan kehidupan sosial di dalam keluarga maupun di masyarakat. Permasalahan anak tunagrahita menurut Moh. Amin (1995: 4) dengan keterbatasan yang ada dan daya kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita memunculkan berbagai masalah. Kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi anak tunagrahita dalam konteks pendidikan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
2) Masalah kesulitan belajar
3) Masalah penyesuaian diri
4) Masalah penyaluran ketempat kerja
5) Masalah gangguan kepribadian dan emosi

6) Masalah pemanfaatan waktu luang.